repost from hive.blog/viviehardika
![]() |
(foto: Koleksi Pribadi)
Ketika aku membuka website salah satu toko buku terbesar di
Indonesia, aku melihat buku ini dengan harga yang minim. Buku ini telah menjadi
salah satu buku dalam wishlist ku karena temanku telah merekomendasikannya. Dia
tidak memberitahukan secara detail, hanya memberitahukan inti dari cerita buku
ini yang sangat relate dengan kondisi saat itu—bahkan saat ini. Aku menemukan
buku ini di perpustakaan online, namun antriannya sangat panjang. Aku tidak
ingin menunggu lama untuk tahu cerita buku ini, sehingga ketika aku melihatnya
di toko buku online dengan harga diskon, aku langsung melakukan pembelian.
Sedikit kisah konyol tentang pembelian buku ini adalah, aku
memilih pick up ke toko buku offline-nya yang jauh. Maksudku, aku ingin sekalian
mampir ke salah satu coffee shop viral di toko buku tersebut. Namun aku sial
karena aku terlambat membaca email pengambilan buku. Aku baru membacanya satu
minggu kemudian di bulan Ramadhan, sehingga mengunjungi coffee shop saat puasa
bukan lah hal yang bijak. Ketika aku tiba di sana, aku terlambat 30 menit.
Waktu pick up buku telah tutup sehingga aku harus kembali keesokan harinya,
sehingga untuk mengambil buku ini aku
jadi menghabiskan lebih banyak ongkos—yang melebihi harga bukunya. Sungguh sial
haha…
Baik, marilah lupakan soal kebodohan itu. Mari kita
bicarakan buku ini.
Buku ini bercerita tentang Peternakan Manor yang dikelola
oleh Tuan Jones. Di malam yang sepi, tiba-tiba Mayor (si Babi tua pemimpin di
Peternakan Manor) mendapatkan sebuah mimpi yang kemudian disampaikanlah pada
penghuni peternakan. Inti dari orasi Mayor adalah untuk sebuah pemberontakan kepada
Tuan Jones yang telah memperbudak hewan-hewan di sana. Dipimpin gagasan Mayor
yang tak disangka mati sebelum adanya aksi pemberontakan, para hewan menyerang
tuan Jones dan mengambil alih Peternakan Manor.
Peternakan Manor akhirnya berubah nama menjadi Peternakan
Hewan yang dipimpin oleh Babi bernama Napoleon dan Snowball. Babi-babi ini
kemudian menciptakan 7 sila berisi tentang peraturan-peraturan hewanisme dan melarang
keras kebiasaan-kebiasaan berbentuk Manusiawi.
Buku ini terbilang tipis dibanding buku-buku lain yang ada
di rumah saya. Untuk itu saya meninggalkan buku tebal saya untuk membaca buku
ini. Saya pikir akan dapat membaca buku ini lebih dari seminggu. Benar saja,
dalam perjalanan menuju tempat wisata, aku membacanya dan menemukan hal yang
menarik tentang gaya George Orwell bercerita. Aku menandaskan buku ini selama 3
hari dan merasa telah membuat keputusan yang tepat untuk memiliki buku ini.
Buku ini telah ditulis oleh George Orwell yang bernama asli
Eric Arthur Blair berabad-abad silam namun masih sangat relate dengan situasi
masa kini. Peternakan Hewan ini merupakan wajah dari setiap kepemimpinan yang
tadinya bisa saja (bernjanji) sangat adil, namun keadaan dapat memaksanya untuk
kejam dan melakukan perbudakan yang sama dengan yang dilakukan pemimpin
sebelumnya. Inti dari cerita ini yang dapat saya kutip—kita mungkin tidak
melakukan hal-hal keji karena kita tidak memiliki kesempatan untuk itu.
George Orwell mungkin sedang menggambarkan situasi pada masa
penulisan buku ini dengan menjadikan hewan-hewan sebagai tokohnya. George adalah
penulis jenius dengan memilih hewan-hewan yang sangat mewakili pola tingkah
manusia.
Ada satu bagian yang dapat membuat saya tercengang dan
merinding karena itu sama seperti apa yang saya pikirkan. Itu ketika para hewan
yang diperbudak oleh Napoleon sulit membedakan mana babi mana manusia. Aku rasa
ini benar-benar sangat relate—tentang mereka yang berada di atas kita dan
berkata bahwa mereka bekerja keras untuk memimpin kita yang perlahan-lahan
telah mengubah peraturan awal demi kepentingan mereka, bukan kepentinangan mereka
sendiri. Aku jadi bertanya-tanya, apakah manusia yang bertingkah hewanisme atau
hewan yang bertingkah manusiawi? Tampaknya ini adalah pernyataan bukan
pertanyaan.
However, I rate this book for 5 from 5 star. Perfect!
Komentar
Posting Komentar