Tamasha - What Happens in Corsica, Stays in Corsica

Akhir-akhir ini aku banyak menonton film di platform online. Film-film tersebut sangat random dari berbagai genre dan asal negara dan tersedia di platform tersebut. Ketika aku menonton satu film menarik, aku akan menonton film dari salah satu pemainnya yang memberikan penampilan terbaik di film tersebut. Tidak peduli apakah film-filmnya sudah pernah kutonton atau belum, maka aku akan menontonnya kembali. Aku menonton film-film dari aktor Fedi Nuril secara acak setelah aku melihat penampilannya yang sangat bagus di film Rumah Masa Depan. Akan tetapi saat ini aku tidak ingin membahas film-filmnya Fedi Nuril yang kutonton. Aku malah ingin mereview sebuah film Bollywood yang tidak sengaja menarik perhatianku ketika menonton film-film yang dibintangi Fedi Nuril.

Film itu berjudul Tamasha.

Tamasha diproduksi pada tahun 2015, ketika saya masih dalam hari-hari tanpa melakukan apapun di hometown. Saya sangat antusias menunggu film ini karena dibintangi screen couple--yang mana mantan couple di real life-favorit saya, Ranbir Kapoor dan Deepika Padukone. Setelah menonton dua film mereka sebelumnya, Bachna Ae Haseeno dan Yeh Jawani Hai Dewaani, saya berharap kemistri mereka di film Tamasha juga menarik.

Pada saat pertama kali menontonnya, saya merasa Tamasha bukan film yang menarik. Saya tetap menyukai kemistri Ranbir dan Deepika, namun cerita dari Tamasha sangat membosankan jadi saya tidak menyukai Tamasha, pada saat itu. Tapi sekarang, setelah 8 tahun, saya menontonnya kembali di platform online dan begitu menyukai cerita dari film ini.

Apakah kau ingin tahu bagaimana pov saya berubah tentang film ini?

Let's spill the bean!

------

Director: Imtiaz Ali
Cast: Ranbir Kapoor, Deepika Padukone

Tamasha bercerita tentang Ved kecil yang suka mendengarkan cerita cinta dari seorang storyteller di tempat tinggalnya, Simla. Dia terus mendengarkan kisah-kisah yang menurutnya menarik dari storyteller tersebut. Dalam masa kanak-kanaknya, Ved mengimajinasikan banyak cerita-cerita di dalam pikirannya.

Film pun beralih ke Corsica, dimana seorang wanita kehilangan barang-barang berharganya termasuk paspor dan uangnya. Dia meminta tolong kepada pemilik salah satu restoran untuk meminjamkannya telepon, tetapi pemilik restoran tidak mengizinkannya. Beruntungnya, ketika wanita itu mengumpat dalam Hindi, seorang pria tertarik dan meminjamkannya handphone. Wanita itu kemudian ingin menyebutkan namanya, namun pria yang meminjamkannya ponsel tidak ingin mendengarnya. Pria itu memberikan prediksi bagaimana cerita-cerita orang berlalu, sehingga dia menginisiasikan untuk memberikan nama samaran. Pria itu memilih nama Don, sementara perempuan itu menyebut dirinya sebagai Mona.

Selagi menunggu paspor baru kembali di tangannya, Don dan Mona memutuskan untuk bertualang bersama. Petualangan mereka hanya sekitaran Corsica. Dalam seminggu Don dan Mona terus melakukan role player tanpa memberitahukan identitas mereka sebenarnya. Mereka berdua adalah orang asing yang hacing fun di Corsica.

Setelah mendapatkan paspor baru, Mona kembali ke India. Kehidupannya berlanjut begitu saja, sampai akhirnya dia kembali ke Delhi, dia bertemu Don di sebuah perpustakaan. Mona sangat bahagia dapat bertemu kembali dengan Don dan mengenalkan diri sebagai Tara Maheswari, sementara Don memiliki nama asli Ved Vardhan Sahni. Ved dan Tara kembali bersama, kali ini sebagai pasangan kekasih, namun Tara sedikit kecewa karena Ved yang dia temukan di masa sekarang sangat bertolak belakang dengan Don. Tidak ada racauan tentang kisah-kisah menarik, yang ada hanya normal karyawan yang membuat Tara canggung setiap kali bertemu. Hubungan Ved dan Tara berakhir ketika Ved melamar Tara, namun Tara menolaknya karena Tara mencintai Don, bukan Ved yang seorang karyawan kaku.

Intermission dimulai dari sini, di pergulatan hati Ved sejak Tara menolaknya. Menjadi seorang Engineer memang bukan keinginannya. Dia tidak tahu dirinya ingin menjadi apa, dia hanya menjalankan apa yang diinginkan ayahnya. Ved menjadi kacau dari hari ke hari. Ved menjadi tempramen dan membuat orang-orang di sekitarnya tidak nyaman. Ved kemudian kembali mencari jati dirinya, setelah dipecat dari pekerjaannya.


POV lama dan POV Baru:

seperti yang kubilang sebelumnya, pada awalnya aku tidak mengerti alur film ini seperti apa. Ini seperti potongan-potongan gambar yang membosankan dan saya gagal menjalinnya sebagai sebuah cerita yang menarik. Akan tetapi, setelah saya menontonnya kembali, saya dapat memahami apa yang ingin disampaikan sutradara melalui film ini. Dan saya memutuskan bahwa film ini adalah film karya sutradara Imtiaz Ali favorit saya. Sebelumnya saya telah menonton film-film Imtiaz Ali dan tidak ada yang mengesankan sampai akhirnya saya menonton film Tamasha untuk kedua kalinya.

Tamasha means Spectacle, merujuk pada tema dari film ini dimana Ved yang menyukai kisah-kisah besar. Film ini berkisah tentang mental issue dengan gejala Emotionall unstable personality disorder (EUPD). Ini mengacu pada karakter Ved yang sangat menyukai kisah-kisah drama namun pada akhirnya melakukan sesuatu yang menurut society benar. Hal itu dipicu oleh tekanan ayah Ved yang ingin dia menjadi seorang engineering.

Film ini tidak hanya menampilkan cerita yang bagus namun juga screen yang memanjakan mata. Aku suka adegan-adegan di Corsica, sangat cantik dan membuatku ingin mengunjunginya. Lagipula, cara Imtiaz Ali mengemas film ini sangat apik sekali. Dia bukan sutradara yang membuat film film Bollywood konvensional, namun filmnya tetap menarik. Banyak orang yang tergila-gila dengan filmnya yang berjudul Jab We Met, yang juga dibintangi oleh mantan pasangan kekasih di real life. (Aku rasa Imtiaz Ali memang suka memasangkan mantan kekasih di dunia nyata di filmnya.)

*Review ini repost from Hiveblog

Komentar