Reaksi dan Pertanyaan Horor yang Bikin Penulis Baper

 




Menulis adalah suatu kegiatan mengungkapkan atau menuangkan sebuah ide, gagasan, pikiran, pengetahuan, atau pengalaman ke dalam sebuah bahasa lisan yang kemudian disebut tulisan.

Menulis yang akan saya bahas bukan hanya sebuah keterampilan menggerakkan jari atau merangkai kata menjadi kalimat saja, tetapi juga sebuah kemampuan untuk menyampaikan pesan kepada para pembaca.

Akan tetapi, menjadi penulis bukanlah perkara yang mudah. Kesulitan pertama untuk penulis adalah menyelesaikan naskahnya. Setelah itu kesulitan lain yang menjadi momok bagi penulis ialah revisi. Ketika sudah dapat menyelesaikannya pun, perjuangan tidak berhenti di situ karena menunggu seleksi naskah dari penerbit adalah hal yang mendebarkan. Ini seperti perang.

Menjadi Penulis--yang seringnya tak dianggap sebagai sebuah pekerjaan layak, tentu sulit. Selain harus berhadapan dengan manusia-manusia toxic yang menganggap penulis tak ubahnya seorang pengangguran, kita juga harus berhadapan dengan banyak pertanyaan dan reaksi horor dari para muggle--non penulis.

Iya, ini salah satu dari banyak alasan kenapa kebanyakan penulis menutup diri dari khalayak tentang pekerjaannya.

Saya telah melakukan sebuah survey di media sosial mengenai reaksi dan pertanyaan horor yang enggan didengar para penulis.

Reaksi dan pertanyaan seperti apa? Let me tell you.


1. Dapat duit ya nulis novel?

Bagi penulis novel, uang bukanlah prioritas utama, sehingga jika seseorang menanyakannya ini, penulis tersebut akan sedikit tersinggung. Ini sama seperti ketika seseorang yang tidak begitu akrab dengan kita menanyakan gaji kita.


2. Sudah laku berapa eksemplar?

Meskipun kamu sangat akrab dengan penulis tertentu, menanyakan pertanyaan semacam ini benar-benar tidak etis. Ini privasi penulis yang tidak patut dicampuri, meskipun kamu teman dekatnya.

3. Sudah cetak ulang berapa kali?

Pertanyaan ini sama horor-nya dengan pertanyaan nomor dua. Mengapa? Karena untuk menembus pasar di negara di mana orang-orangnya tidak suka membaca, cetak ulang bukanlah hal yang mudah dilakukan. Beberapa penulis tidak begitu berharap novelnya cetul alias cetak ulang, karena bisa terbit saja itu sudah membahagiakan baginya. Jadi jangan rusak kebahagiaan kami dengan pertanyaan horor ini. :D

4. Kamu kan penulis, tulisin kisahku, dong.

Hhhmm... Ini adalah hal yang kerap kali terjadi. Penulis seringkali mendapat pesanan dari orang yang merasa kisah hidupnya patut dijadikan sebuah novel. Percayalah, semenarik apapun kisah hidupmu bagimu, penulis manapun tidak suka menerima reaksi semacam ini. Kami--punya sudut pandang sendiri mengenai sesuatu yang disebut menarik.

5. Aku paling males baca. Kalau aku didongengin (langsung) aja gimana?

Bagi penulis ini sama dengan penghinaan. Jika memang tidak tertarik membaca, tidak apa-apa. Kamu tidak perlu membahas tentang novelnya, alihkan saja topik pembicaraannya.

6. Boleh bantu kerjain tugasku, Kak?

Biasanya ini kerjaan dedek-dedek gemesh yang punya tugas sekolah untuk mereview sebuah novel. Saking rajinnya, mereka sampai nyari akun sosmed penulisnya dan terang-terangan minta dibantuin bikin tugas. Apa yang kamu lakukan itu, nyebelin, dek!

7. Boleh harga teman? 

Justru kalau teman harusnya mendukung dengan tidak minta diskon :D Minta tanda tangan dan cap bibir saja.

8. Minta bukumu gratis dong.

Ini adalah hal yang paling horor bagi penulis. Dimintai gratis. Kenapa? Karena itu sama saja dengan tidak menghargai profesi mereka. Bayangin kalau kamu jualan baju, karena merasa dekat dengan kamu, saya minta baju gratis, sementara kamu butuh modal buat beli itu baju. Jika dikasih ke saya gratis, kamu pasti akan merugi. Itu jika hanya satu orang yang maunya digratisin, kalau banyak yang minta gratis gimana?

Penulis pun sama halnya berdagang. Meski mereka tidak butuh modal yang masif, mereka sudah bersusah payah untuk membuat karyanya itu terbit. Jika minta gratis itu sama saja tidak menghargai.

Jadi, jangan lah  minta gratis, ya. Minta tanda tangan dan cap bibir saja, dijamin gratis.

9. Kan cetaknya banyak, harganya juga mahal, masa diminta 1 aja nggak boleh?

FYI aja nih ya, pendapatan penulis bukan dari harga buku dikali jumlah buku. Dari harga buku, penulis hanya mendapatkan jatah 10%-nya saja. Belum dipotong pajak. Jadi ya, itung saja sendiri.

Sebenarnya masih banyak lagi pertanyaan dan reaksi horor para muggle yang tidak disukai penulis, tetapi 9 ini yang paling tidak disukai.

So guys, hindari ya.

-Vivie Hardika

Komentar